Langsung ke konten utama

Resensi Buku – Membangun Ruang Baca (Room to Read)



Judul                  : Membangun Ruang Baca
Penulis               : John Wood
Penerbit             : PT. Pustaka Alvabet
Ukuran              : 13 x 20 cm
Jumlah hal.         : 466 halaman



Membangun Ruang Baca (Room to Read) adalah buku kedua John Wood (buku pertamanya berjudul Leaving Microsoft to change the World) dalam buku ini John, mantan petinggi Microsoft Asia berbagi cerita mengenai Room to Read, organisasi nirlaba yang ia bangun sejak 1998. Room to read yang telah membangun lebih dari 10.000 perpustakaan dan ribuan sekolah di seluruh dunia ini bermula ketika John pergi untuk mendaki Himalaya pada liburnya ditahun yang sama ia mulai membangun organisasinya. Dalam buku ini John berbagi banyak cerita : alasan mengapa ia akhirnya memulai Room to Read (RtR), hibah-tantangan RtR yang khas, cerita-cerita unik para penerima manfaat RtR, tantangan selama ia menjalankan organiasasi ini dan bagaimana ia mengatasinya.

Room to Read yang mentargetkan negara-negara berkembang telah melakukan banyak terobosan dalam pergerakannya, salah satunya mengubah cara kerja organisasi nirlaba untuk bekerja secara efektif sebagaimana sebuah bisnis dan juga menjadi yang pertama yang menerbitkan buku-buku bagi anak-anak dalam berbagai bahasa lokal. Mulai dari Afrika Selatan, India, Vietnam, Laos, Kamboja Room to Read dengan memanfaatkan para seniman lokal telah sekaligus menggerakkan perekonomian bersamaan dengan tugas mereka membudayakan literasi di Negara-negara berkembang.

Room to Read telah banyak berkeliling dunia dan menggalang dana untuk kegiatannya dengan cara-cara menarik mulai dari London, California, Paris, Hongkong, Singapura hingga Dubai. Mereka melakukan banyak inovasi yang selama ini tidak dilakukan organisasi nirlaba lainnya. Dalam buku ini juga John akan berbagi cerita dan tips bagaimana ia merekrut pekerjanya (hal yang sangat membantu) dan bagaimana ia menjalankan motto mereka GSD – Get Stuff done yang menjadikan Room to Read sebagai salah satu dari sedikit organisasi yang menerima rating empat (4) bintang dari Charity Navigator untuk manajemen fiskal yang sehat selama lima tahun berturut-turut.

Lewat buku yang telah diterbitkan dalam berbagai bahasa ini John bercerita mengenai perayaan meriah diatas ketinggian beberapa ribu kaki oleh penduduk desa Kavresthali, Nepal pada pembukaan perpustakaan yang ke-10.000 oleh tim Room to Read. Ia juga bercerita mengenai surat yang ia tulis kepada para pengendara motor yang menyerang pelajar putri di Afganisthan dengan zat asam sebagai ancaman terhadap tindakan berani mereka untuk bersekolah. John menuliskan surat itu sebagai titik baliknya ketika ia merasa terpuruk setelah kehilangan donaturnya dengan janji donasi mencapai 5 juta dollar.


Buku Membangun Ruang Baca juga akan mempertemukan kita dengan Inkham, si gadis kecil asal Laos penerima beasiswa Pendidikan Anak Perempuan dari RtR yang setiap pagi membacakan buku kepada ayah dan ibunya yang sama-sama tunawicara selepas ia menangkap ikan disungai, atau Anh yang berusia 10 tahun namun harus menanggung beban tanggung jawab atas masa depan keluarganya. Buku ini akan menginspirasi anda dalam banyak hal dan mengingatkan anda sekali lagi bahwa dengan pendidikan dan sedikit kepedulian, akan banyak cara untuk membantu mereka yang tak seberuntung kita untuk meraih hidup yang lebih baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku - H. Agus Salim

Resensi Buku Judul                     : Agus Salim - Diplomat Jenaka Penopang Republik Penulis                 : Tim Tempo Penerbit              : Tempo KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Lebar                     : 16x23cm Jumlah hal.         : +178 halaman                 Buku ini adalah salah satu dari sekian seri buku Tempo Bapak bangsa yang diterbitkan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini oleh pihak Tempo. Buku ini diharapkan dapat membangkitkan kembali rasa kecintaan kaum muda kepada para bapak ban...

The six months update (kind of)

Hi there,  It’s your R1-going-on-R2 here. HAHAHA. Dang.  I was looking at my phone wallpaper today, of Janik Sinner smiling from ear to ear, lifting the Australian Open trophy. The joy in his face was so pure, the excitement like he never imagined he would win a Grand Slam. Before it hit me, it was only six months ago. Yet, January and the beginning of this journey seem very distant. It feels like I have been here for at least a year and a half, yet the novelty and adapting keep happening. So, when the newest batch was getting welcomed, I couldn't help but think to myself, 'Really? That fast?' You see, the residency system relies on the continuity of knowledge passed through independent study, bedside teaching with attendings, and from senior residents to us, the juniors. But in all honesty, though the last six months have been packed for me (and except for the wittiness, the athletics, and the know-how), I am not sure I have enough clinical knowledge to pass on to these 1...

Setelah koas - Sepenggal 15210

Tuhan selalu memberikan jawabannya dengan cara yang terbaik : Masih keinget banget rasanya deg-degan sebelum pengumuman grup koas, men katanya grup koas ini jauh lebih menentukan dibanding urutan stasemu atau apapun karna kamu bakalan ngehabisin ratusan harimu bareng orang-orang itu aja dan sekalinya kamu dapat yang ga klop : Welcome to the T-rex jungle. Koas berasa ada di tengah hutan yang ga bisa di waze/google map, ga ada makanan, ga ada wifi dan ada T-rexnya : Jadi se-ga banget itu. Saat hari-H tau temen-temen grup koas yang kepikiran langsung "Oh oke ga ada yang ga banget sih. Beberapa ga kenal tapi kayaknya lumayan aja" 12 belas orang yang keliatannya normal dan baik-baik saja ini. Waktu itu belum ngerti kalo mereka  cuma keliatannya  demikian. Your "Dek Koas" for the next 21 months, yeay! Foto diatas diambil setelah pembekalan hari terakhir di RSUP Sardjito a.k.a masih jaim dan belum terpapar kehidupan koas yang....ugh. Gitulah....