Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Chop and Talk 1 : recipe

Hello! Akhirnya sempet juga unggah resep yang pertama (well, pardon my clerkship schedule). So here we go! Spaghetti Bahan : ·          Pasta tomat ·          Bawang putih ·          Bawang bombai ·          Kaldu air/udang ·          Seafood* ·          Basil ·          Parsley ·          Pasta tomat ·          Daun Jeruk ·          Gula ·          Garam ·          Lada ·          Chili crust/bubuk cabe ·          Jamur champignon/jamur kancing Cara : ·          Rebus air hingga mulai mendidih, tambahkan sedikit garam dan minyak goreng agar spaghetti tidak lengket lalu masukkan spaghettinya. Angkat setelah berubah warna dan konsistensinya sudah sesuai selera. ·          Seafood : Potong seafood berbentuk dadu dan rendam dengan air panas yang sudah diberi jeruk nipis agar tidak berbau anyir. ·          Bumbu : Panaskan sedikit minyak goreng dan masukkan irisan bawang putih lalu tumis sebentar masukkan juga bawang bombay l

Chop and Talk!

Hello! Jadi di postingan ini akan cerita mengenai project-oenyoeh “Chop and Talk” sama medisa * nih. Apa itu Chop and talk ? Secara translate-an berarti memotong dan ngobrol. Ini adalah project kumpul sembari masak, makan dan ngobrol demi memanfaatkan sebaik-baiknya waktu a’la dek koas. Kenapa ada ide bikin beginian? Ide bikin project ini muncul ketika selesai baca sebuah buku dan ngerasa “ Damn, I too far from good . Tapi kerjaannya cuma maen sana-sini” jadi ceritanya ini sekaligus melatih kemampuan menjadi perempuan (dan manusia) yang lebih baik. Nah sebagai seorang perempuan (yang suka makan dan ngobrol) yang sedikit bisa masak sekaligus koas (yang berarti punya waktu terbatas untuk kehidupan sosial HA-HA) jadilah kepikiran untuk ngegabung-gabungin ini-itu untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya : Masak dan kumpul. Ngapain aja sih? Belanja bahan masakan sekaligus masak. Disela-sela mengupas bawang dan kentang atau nungguin rebusan spaghetti itulah

KOAS : Udah belajar apa aja, dek?

Hai! Akhirnya mulai juga koasnya, Alhamdulillah (biarpun cuma stase kecil). Setelah seminggu merasakan kehidupan sebagai ‘dek koas” Alhamdulillah ada juga yang dipelajari. Well, selain menebak-nebak peningkatan corakan paru ataupun faktur linear cranium tentunya. So, here we go hal-hal yang kemudian terlihat sangat berharga setelah seminggu ini. We are what we appear to be Kita adalah mahluk visual, mahluk yang menilai sesama pertama kali dari apa yang dia tampilkan (ga peduli seberapa baik hati dan cerdas orang tersebut). Ketika jaman kuliah bisa seenaknya memadu-padankan baju, tidak rapi dan tidak memperhatikan penampilan, kehidupan ‘dek koas’ menjadi sedikit berbeda. Sebagai seorang dokter muda yang bertemu dengan pasien setiap harinya, penampilan menjadi apa yang kita ‘jual’ mengingat profesi dokter adalah sebagai penyedia jasa. Hari-hari memakai baju “yang paling atas dalam rak lemari” sudah hampir tidak berlaku lagi. Sebagai penjual jasa, kita adalah apa yang kita

Why didn’t I write about love?

*A quick post before sleep* Love (Cinta, in bahasa) is everyone’s  favorite topic, currently. Apalagi diumur berkepala dua di kalangan anak FK yang rata-rata pengen nikah muda. Cinta dibahas di perpustakaan, di jalan, di ruang kuliah, di kantin, di media sosial, di kafe; tak kurang tempatnya. Cinta atau lebih tepatnya, cerita panjang mengenai pasangan dan perasaan. Apakah pasangan berarti perasaan dan vice versa ? Pada sebagian kasus, sayangnya tidak. Pasangan adalah pasangan (yang ada bisa tanpa perasaan sebagai pemersatunya). But, nah. I won’t talk about it now. Kebetulan sedang mencari buku radiologi untuk persiapan koskap ( Yeah, like finally! I’m starting my koass very soon ) saat pikiran soal apa yang sebenernya mau dituliskan di blog ini menjadi masalah. Mungkin terlihat sepele tapi tulisan-tulisan ini dimaksudkan untuk memberi manfaat dan bukan hanya untuk merayu-rayu, bermanja dengan hati dan kata saja. Jadi ada baiknya hal-hal yang kurang relevan tidak sering-

Budaya : Baku Bantu

Titik berbahaya dari runitinas yang mudah luput adalah, ia dapat membuat kecantikan alami hal-hal disekitar kita tersamarkan. Kita terlalu sibuk dalam rutinitas sehingga melupakan gambaran besar lingkungan kita. Contoh nyatanya adalah budaya Baku bantu ini, sesuatu yang dalam waktu cukup lama tersamarkan dari mata karena rutinitas. Baku bantu dapat diartikan secara mudah menjadi “saling bantu” dalam bahasa Indonesia. Sebagai orang maluku, baku bantu jelas bukan hal baru dalam keseharian. Sealami makan sagu, baku bantu juga merupakan produk budaya, kebiasaan, kearifan lokal. Baku bantu adalah sesuatu yang sekental dan se-biasa papeda bagi orang maluku. Baku bantu adalah bentuk tenggang rasa yang diwujudnyatakan dalam perbuatan. Baku bantu dalam pelaksanaannya biasa dilakukan ketika seseorang akan melakukan hajatan (sunatan, pernikahan, upacara kematian) dan dalam baku bantu, bantuan akan diberikan baik berupa materi, tenaga bahkan waktu.  Baku bantu adalah budaya yang merangkul

Confidence : A word that defines things

Ada banyak hal yang menjadi renungan selama menempuh perjalanan di Rumania, sedikit ini dan itu. Tapi ada satu topik yang begitu menganggu sehingga rasanya ini menjadi penting untuk dituliskan. Ini adalah tentang kepercayaan diri. Beberapa waktu sebelum exchange saya sempat menyelesaikan membaca Lean In , sebuah buku bagus mengenai pandangan perempuan modern akan perannya (dan meskipun tidak 100% aplikatif) dalam dunia hari ini. Ada satu bab menarik yang membicarakan mengenai kepercayaan diri perempuan dan laki-laki. Dalam bab tersebut, Sheryl 1 menjelaskan bagaimana dia dan saudara laki-lakinya mengikuti ujian yang sama mengenai sejarah eropa dan dengan persiapan yang matang sekalipun Sheryl tetap tidak percaya diri (PD) akan hasil ujiannya. Saudara laki-lakinya disisi lain yang belajar lebih sedikit jauh lebih PD dan hasil akhirnya? Mereka berdua sama-sama mendapatkan A. Poinnya, Sheryl telah meragukan dirinya sendiri walaupun pada kenyataannya dia lebih dari sekedar mampu.

Surat cinta dihari kelulusan

Hey, there. Udah lama ga nulis Hari ini adalah hari ketika perjalanan 3,5 tahun masa preklinik akhirnya selesai. Ujian skripsi akhirnya kelar. Ga ada yang spesial dari diri pribadi buat ujian ini. Ini bukan OSCE compre jadi ga usah deg-degan. Ini cuma batu kecil yang harus dilewati dari perjalanan panjang menuju cita menjadi manfaat bagi sesama. Lalu apa yang spesial dari hari ini sampai bela-belain nulis? orang-orang yang ada dibelakang cerita ujian skripsi ini. Pertama tentu saja keluarga. Mama terutama yang bukan cuma ngasih dukungan tapi juga love and laugh. Mama yang udah ada selama tiga setengah tahun terakhir. Bangunin dibeberapa kali ujian ketika aku harus begadang dan khawatir akan tidur lagi abis shubuh (which I always do kalau hari H-ujian). Mama yang selalu ngingetin makan dan ngingetin kalau aku ga harus selalu serius kuliahnya (ini agak aneh emang), dan buat semua jalan keluar yang selalu beliau tawarkan. Mama adalah orang terhebat dan terpenting dalam cerita ini.