Langsung ke konten utama

Confidence : A word that defines things


Ada banyak hal yang menjadi renungan selama menempuh perjalanan di Rumania, sedikit ini dan itu. Tapi ada satu topik yang begitu menganggu sehingga rasanya ini menjadi penting untuk dituliskan. Ini adalah tentang kepercayaan diri.
Beberapa waktu sebelum exchange saya sempat menyelesaikan membaca Lean In, sebuah buku bagus mengenai pandangan perempuan modern akan perannya (dan meskipun tidak 100% aplikatif) dalam dunia hari ini. Ada satu bab menarik yang membicarakan mengenai kepercayaan diri perempuan dan laki-laki. Dalam bab tersebut, Sheryl1 menjelaskan bagaimana dia dan saudara laki-lakinya mengikuti ujian yang sama mengenai sejarah eropa dan dengan persiapan yang matang sekalipun Sheryl tetap tidak percaya diri (PD) akan hasil ujiannya. Saudara laki-lakinya disisi lain yang belajar lebih sedikit jauh lebih PD dan hasil akhirnya? Mereka berdua sama-sama mendapatkan A. Poinnya, Sheryl telah meragukan dirinya sendiri walaupun pada kenyataannya dia lebih dari sekedar mampu.
Perempuan sayangnya lebih cenderung mengalami kurangnya rasa percaya diri ini2. Perempuan terbiasa mengasosiasikan keberhasilannya dengan faktor eksternal salah satunya dengan menganggap dirinya “hanya beruntung”, sedangkan pria cenderung mengasosiasikan keberhasilannya dengan kemampuannya (biasanya diwakilkan dengan kalimat semacam “I got this, because I am awesome” ).


Membuat tembok

Lesley Hazelton dalam bukunya menuliskan “doubt is the heart of matters”. Secara umum pernyataan ini dapat digunakan dalam berbagai konteks, salah satunya rasa tidak percaya pada kemampuan diri sendiri. Ketika seseorang memutuskan untuk ragu-ragu, atau dalam kasus ini ragu akan kemampuan dirinya tanpa sadar dia sudah menjauhkan diri dari kemungkinan berhasil, dari kemungkinan mengetahui potensi diri yang sebenarnya. Ini cukup menganggu mengingat apa yang sebenarnya mungkin dicapai para perempuan ini apabila mereka cukup percaya diri. 
Mengatasi hal ini, seperti menghadapi tembok yang dibangun sendiri dan diperkuat oleh gagasan sosial. Masalah keragu-raguan ini hanya bisa diselesaikan oleh satu orang : diri sendiri, bahkan ketika harus merasa tidak nyaman dalam upaya meruntuhkan tembok tinggi ini. Mulailah dengan bertanya kepada diri sendiri “What would I do If I weren’t afraid?”


Sehari – hari : Ketidakpuasan pada gambaran diri

Masalah kurangnya kepercayaan diri ini bukan hanya berimbas pada performa kerja belaka, namun juga menggorogoti hinga permasalahan sehari-hari. Misalkan ketika sedang bepergian keluar kota dengan dua teman wanita di Rumania, mereka berdua yang (walaupun cantik itu relatif) memiliki penampilan fisik yang tidak mengecewakan, menghabiskan waktu lama mematut diri didepan cermin, merasa ada yang kurang, merasa belum cantik. Memoles diri karena tanpa sadar mempercayai bahwa mereka kurang cantik dan kerap bertanya “do I look okay?”.


Implikasi Kesehatan

Terkadang permasalahan psikologis ini juga memiliki dampak pada kesehatan. Kurangnya rasa percaya diri ini juga mempengaruhi pendapat mengenai bentuk tubuh (image tubuh) yang bermanifestasi dengan kekhawatiran dan perasaan bahwa dirinya terlalu gendut atau kurus. Tentu saja bertambah gendut/kurus secara tidak terkendali tidak dibenarkan terutama karena efeknya pada kesehatan dan bukan semata-mata karena penampilan. Tetapi masalahnya adalah distorsi image tubuh ini terjadi pada para perempuan yang sebenarnya memiliki indeks massa tubuh normal3. Penelitian membuktikan perempuan jauh lebih tidak percaya diri akan bentuk tubuhnya dan ini sangat berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri mereka4. Paradigma yang bergeser dari menjaga tubuh untuk kesehatan menjadi semata menjaga tubuh untuk penampilan memiliki harga yang harus dibayar : diet mati-matian, anoreksia5, bulimia6 memiliki potensi berbahaya karena dalam ilmu medis indeks massa tubuh yang tidak normal dapat menyebabkan berbagai penyakit baik dalam jangka pendek maupun jangka panjangnya.
Banyak hal tentu saja, yang mempengaruhi tingkat kepercayaan seseorang, tapi poin pentingnya adalah : You are awesome. That’s it, the end. Tidak ada orang yang bisa dan boleh membuatmu merasa sebaliknya tanpa izinmu and no, do not let them. So chin up, beautiful.



1 Sheryl Sanberg adalah Chief Operating Officer (COO) Facebook sekaligus penulis buku Lean In. Ia adalah lulusan Harvard dan sempat bekerja pada Google, McKinsey&Company, World Bank dan masih banyak lagi.
2 Sylvia Beyer, “Gender Differences in Causal Attributions by College Students on Performance on Course Examinations” Current Psychology 17, no.4 (1998) : 346-58
3 Indeks masa tubuh adalah rasio berat terhadap tinggi yang dapat dipergunakan untuk penilaian kesehatan secara umum. Indeks massa tubuh didapatkan dari berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m) dipangkat dua.
4 A Feingold, R Mazella, “Gender Differences in Body Image are Increasing” Psychological Science, 1998
5 Anoreksia adalah kondisi abnormal yang dialami seseorang sehingga ia membiarkan dirinya merasa kelaparan karena merasa badannya terlalu gemuk. Prevalensi lebih tinggi pada perempuan.  

6 Bulimia adalah kondisi ketika seseorang makan secara berlebihan dan tidak terkendali, dalam jumlah yang besar lalu mengeluarkannya secara paksa (dengan dimuntahkan, diberi obat, dsb)

Komentar

  1. "Ketika seseorang memutuskan untuk ragu-ragu, atau dalam kasus ini ragu akan kemampuan dirinya tanpa sadar dia sudah menjauhkan diri dari kemungkinan berhasil, dari kemungkinan mengetahui potensi diri yang sebenarnya."

    1 paragraf di atas bikin beta inga satu kesalahan yg pernah beta buat.
    awal januari kemarin Badan Narkotika Nasional (BNN) ada buat Ivent di kampus2 par cari duta narkotika, jadinya dong bikin lomba Stand Up Comedy yang juara 1 di kampus nanti duel sama perwakilan kampus Se-Jogja di Monumen 1 Maret, Malioboro.Setelah lomba di adakan di kampus beta yg juara 1 dan mewakili UMY.Tapi pas malam puncak dari Ivent itu beta seng datang, karna seng PD,rasa hawatir tinggi dan muncul di kapala bilang "kadang juri menilai dari ketampanan":haha.Setelah itu beta su jau dari panggung Stand Up Comedy, sampe hari ini.Seng PD memang panyaki!! haha.

    Tulisan bagus Ayi.. beta barasa sakali.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku - H. Agus Salim

Resensi Buku Judul                     : Agus Salim - Diplomat Jenaka Penopang Republik Penulis                 : Tim Tempo Penerbit              : Tempo KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Lebar                     : 16x23cm Jumlah hal.         : +178 halaman                 Buku ini adalah salah satu dari sekian seri buku Tempo Bapak bangsa yang diterbitkan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini oleh pihak Tempo. Buku ini diharapkan dapat membangkitkan kembali rasa kecintaan kaum muda kepada para bapak bangsa yang belakangan sudah mulai surut, padahal kecintaan terhadap pendiri bangsa inilah salah satu pondasi untuk membangkitkan cinta kepada rakyat dan negeri kita tercinta, Indonesia.                 Agus Salim, yang lahir dan besar di Koto Gadang, Agam, Padang adalah salah satu pemain inti dalam perjuangan mendapatkan dan mempertahakan kemerdekaan Indonesia. Dalam buku ini dikisahkan mengenai Agus Salim dan peranannya sejak awal dalam perumusan pancasi

The six months update (kind of)

Hi there,  It’s your R1-going-on-R2 here. HAHAHA. Dang.  I was looking at my phone wallpaper today, of Janik Sinner smiling from ear to ear, lifting the Australian Open trophy. The joy in his face was so pure, the excitement like he never imagined he would win a Grand Slam. Before it hit me, it was only six months ago. Yet, January and the beginning of this journey seem very distant. It feels like I have been here for at least a year and a half, yet the novelty and adapting keep happening. So, when the newest batch was getting welcomed, I couldn't help but think to myself, 'Really? That fast?' You see, the residency system relies on the continuity of knowledge passed through independent study, bedside teaching with attendings, and from senior residents to us, the juniors. But in all honesty, though the last six months have been packed for me (and except for the wittiness, the athletics, and the know-how), I am not sure I have enough clinical knowledge to pass on to these 1

Setelah koas - Sepenggal 15210

Tuhan selalu memberikan jawabannya dengan cara yang terbaik : Masih keinget banget rasanya deg-degan sebelum pengumuman grup koas, men katanya grup koas ini jauh lebih menentukan dibanding urutan stasemu atau apapun karna kamu bakalan ngehabisin ratusan harimu bareng orang-orang itu aja dan sekalinya kamu dapat yang ga klop : Welcome to the T-rex jungle. Koas berasa ada di tengah hutan yang ga bisa di waze/google map, ga ada makanan, ga ada wifi dan ada T-rexnya : Jadi se-ga banget itu. Saat hari-H tau temen-temen grup koas yang kepikiran langsung "Oh oke ga ada yang ga banget sih. Beberapa ga kenal tapi kayaknya lumayan aja" 12 belas orang yang keliatannya normal dan baik-baik saja ini. Waktu itu belum ngerti kalo mereka  cuma keliatannya  demikian. Your "Dek Koas" for the next 21 months, yeay! Foto diatas diambil setelah pembekalan hari terakhir di RSUP Sardjito a.k.a masih jaim dan belum terpapar kehidupan koas yang....ugh. Gitulah.