Resensi Buku
Judul : Agus Salim - Diplomat
Jenaka Penopang Republik
Penulis : Tim Tempo
Penerbit : Tempo KPG (Kepustakaan Populer
Gramedia)
Lebar : 16x23cm
Buku ini adalah salah satu dari
sekian seri buku Tempo Bapak bangsa yang diterbitkan dalam kurun waktu beberapa
tahun terakhir ini oleh pihak Tempo. Buku ini diharapkan dapat membangkitkan
kembali rasa kecintaan kaum muda kepada para bapak bangsa yang belakangan sudah
mulai surut, padahal kecintaan terhadap pendiri bangsa inilah salah satu
pondasi untuk membangkitkan cinta kepada rakyat dan negeri kita tercinta,
Indonesia.
Agus Salim, yang lahir dan besar
di Koto Gadang, Agam, Padang adalah salah satu pemain inti dalam perjuangan
mendapatkan dan mempertahakan kemerdekaan Indonesia. Dalam buku ini dikisahkan
mengenai Agus Salim dan peranannya sejak awal dalam perumusan pancasila sebagai
dasar negara sampai kepada usaha meraih pengakuan De Jure pertama terhadap
proklamasi 17 Agustus 1945 dari dunia Internasional yang pertama, Mesir untuk
menjadi negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia.
Cerita berlanjut ke kehidupan
sehari - hari Agus Salim yang merupakan menteri luar negeri Indonesia tetapi
hidup sangat sederhana bersama istri dan kedelapan anaknya di rumah yang mereka
kontrak dan itupun harus berpindah-pindah. Kenyataan yang kontras mengingat
jabatan yang waktu ia miliki. Leiden is
Lijden bahwa memimpin adalah menderita, mengenai kalimat tersebut diplomat
ini sadar betul. Kesempatan untuk hidup makmur, peluang untuk mensejahterakan
keluarga, semua ditanggalkannya demi membangun bangsa.
"The Great Old Man"
adalah sebutan yang diberikan Bung Karno kepadanya. Cerita pergerakannya yang
dimulai dengan perjalanan karirnya sekaligus perjalanan batinnya ditanah Arab,
bergabung dengan Sarekat Islam dan menjadi orang kepercayaan H.O.S
Tjokroaminoto saat itu yang kemudian melahirkan pula gerakan disiplin partai
Sarekat Islam. Perjalanannya dalam menulis juga diterangkan dalam buku ini.
Ada pula kisah mengenai
kebiasaan H. Agus Salim yang berpikir kritis dan modern, yang mengajak istrinya
merantau dan hidup di Jakarta selepas pernikahannya, melepaskan diri dari
pengaruh adat ninik-mamak yang berlaku di daerahnya, juga kecintaannya kepada
sang istri sampai akhir hayatnya. Begitupun kisah beliau dalam memandang dan
memperkenalkan islam ke dunia barat, semuanya dikupas cukup lengkap didalam
buku ini.
Buku ini dapat dijadikan
cerminan bagi kita Agus Salim adalah negarawan yang sebenar-benarnya cinta
kepada bangsa dan rakyatnya. Bahwa kecintaan yang tulus kepada republik ini
pernah ada dan akan selalu ada di tangan generasi muda yang mengenal pahlawan -
pahlawannya.
Komentar
Posting Komentar