Langsung ke konten utama

Kesehatan Ibu dan Anak Indonesia ; Sedikit perkenalan (2013)


            Kesehatan ibu dan anak selalu menjadi isu hangat dan perhatian bagi pemerintah di seluruh dunia, bahkan dunia menjadikannya salah satu target dalam Milenium Development Goals (MDGs 2000). Betapa tidak, masa depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh generasi mudanya, termasuk yang berperan didalamnya yakni aspek kesehatan. Di Indonesia sendiri masalah kesehatan Ibu dan Anak masih belum teratasi secara tuntas oleh pemerintah, Indonesia sendiri masih merupakan negara dengan angka kematian ibu dan anak tertinggi di ASEAN. Dalam beberapa tahun ini data statistik menunjukkan terjadi penurunan jumlah kematian ibu dan anak di Indonesia. Akan tetapi hal ini tidaklah seberapa apabila kita bandingkan dengan negara - negara tetangga yang angka kematian ibu dan anaknya sudah jauh dibawah kita.
            Hal ini sayangnya berubah secara tidak terduga setelah laporan kenaikan tingkat kematian ibu yang terjadi hanya ketika pencapaian MDG's sudah didepan mata. Kesehatan Ibu dan anak semata bukan merupakan pencapaian MDGs, ini juga tetang membangun bangsa. Memenuhi hak hidup rakyat dan aksesibilitas mereka terhadap pelayanan kesehatan.
            Semenjak kelahirannya, bayi memiliki masa-masa penting yang juga berpengaruh terhadap kesehatannya secara signifikan yakni dalam 5 tahun pertama kehidupan, terutama ada pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Dari data yang terhimpun, diketahui bahwa Sekitar dua per tiga dari jumlah kematian balita di Indonesia sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi di Indonesia sendiri sebenarnya merupakan program yang sudah cukup lama dicanangkan dan dilaksanakan oleh pemerintah kita, akan tetapi pada kenyataannya program ini belum dapat dikatakan berhasil karena berbagai alasan salah satunya adalah kurangnya pemahaman masyarakat mengenai kepentingan imunisasi. Keterbatasan dalam distribusi baik barang (vaksin, dkk) maupun jasa (tenaga kesehatan yang kompeten) juga turut menyumbang belum berhasilnya program wajib imunisasi nasional ini.

            Selain karena belum maksimalnya program imunisasi, keterbatasan masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan juga menjadi penyumbang signifikan terhadap masih tingginya angka kematian balita di negara ini. Terdapat perbedaan jumlah kematian ibu dan anak antara daerah - daerah di bagian barat dan timur Indonesia. Wilayah timur seperti Maluku, Nusa Tenggara dan Papua masih terancam oleh tingginya angka kematian ibu dan anak yang berada diatas rata-rata nasional.

            Pemerintah tentu saja terus berupaya untuk meningkatkan ketersediaan fasilitas kesehatan termasuk akses untuk mendukung terlaksananya program wajib imunisasi nasional di berbagai wilayah di pelosok tanah air dan upaya pemerintah untuk meratakan fasilitas kesehatan terutama bagi wilayah terpencil di timur Indonesia ini  sangat penting dan layak untuk diapreasiasi. Akan tetapi poin edukasi bagi masyarakat setempat mengenai kesadaran kesehatan terutama berkaitan dengan ibu dan anak tentu tidak boleh dikesampingkan mengingat hal ini juga turut andil apabila kita ingin bersungguh-sungguh meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Edukasi ini tentu saja, tidak terlepas dari bagaimana pengetahuan seorang tenaga kesehatan terlebih seorang dokter dalam memahami masalah KIA ini dan menyampaikannya dalam bahasa yang paling sederhana yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga.

            Membentuk tenaga kesehatan seperti diatas tentu tidaklah melalui proses mudah dengan hanya duduk di kelas dan mengikuti sejumlah mata kuliah akan tetapi juga dengan terus mengembangkan diri dan turun tangan untuk mengabdi kepada masyarakat, berinteraksi langsung dengan mereka sejak dini, sebelum akhirnya akan mengahadapi mereka langsung di dunia kerja nantinya. Karena kita selalu percaya, pasien adalah guru terbaik kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku - H. Agus Salim

Resensi Buku Judul                     : Agus Salim - Diplomat Jenaka Penopang Republik Penulis                 : Tim Tempo Penerbit              : Tempo KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Lebar                     : 16x23cm Jumlah hal.         : +178 halaman                 Buku ini adalah salah satu dari sekian seri buku Tempo Bapak bangsa yang diterbitkan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini oleh pihak Tempo. Buku ini diharapkan dapat membangkitkan kembali rasa kecintaan kaum muda kepada para bapak bangsa yang belakangan sudah mulai surut, padahal kecintaan terhadap pendiri bangsa inilah salah satu pondasi untuk membangkitkan cinta kepada rakyat dan negeri kita tercinta, Indonesia.                 Agus Salim, yang lahir dan besar di Koto Gadang, Agam, Padang adalah salah satu pemain inti dalam perjuangan mendapatkan dan mempertahakan kemerdekaan Indonesia. Dalam buku ini dikisahkan mengenai Agus Salim dan peranannya sejak awal dalam perumusan pancasi

Festival Durian Hutumuri

“Satu biji durian itu 57 kalori loh” ujar seorang teman mengingatkan via DM Instagram beberapa hari sebelum saya menghabiskan sekitar 1500 kalori king of fruit ini di Hutumuri. Siang itu jumat 6 April, saya sedang iseng jalan-jalan sendirian ke daerah Waiheru-Passo dan ga sengaja ngeliat banner bertuliskan “Festival Durian Hutumuri, 7 April 2018” Hah? Festival apa? Sebagai manusia yang lemah terhadap durian, teman-teman internship di grup Whatsapp saya kabari dengan segara dan kami lalu bersepakat, nanti setelah maghrib saya akan ngecek tiketnya dulu ke Ambon City Center lalu tandjap kita besok harinya. Ternyata begitu sampai di ACC, jreng. Loket tiketnya udah tutup. Apa-apan??! Hahaha tapi hidup mewajibkan untuk tidak mudah berputus asa punya kenalan (thanks Ninikski) dan akhirnya dapat info kalau masih boleh beli tiket on the spot . Paginya formasi yang awalnya akan berangkat berempat jadi tinggal bertiga wanita karena ada yang harus jaga IGD pagi, okelah tentu yang

Setelah koas - Sepenggal 15210

Tuhan selalu memberikan jawabannya dengan cara yang terbaik : Masih keinget banget rasanya deg-degan sebelum pengumuman grup koas, men katanya grup koas ini jauh lebih menentukan dibanding urutan stasemu atau apapun karna kamu bakalan ngehabisin ratusan harimu bareng orang-orang itu aja dan sekalinya kamu dapat yang ga klop : Welcome to the T-rex jungle. Koas berasa ada di tengah hutan yang ga bisa di waze/google map, ga ada makanan, ga ada wifi dan ada T-rexnya : Jadi se-ga banget itu. Saat hari-H tau temen-temen grup koas yang kepikiran langsung "Oh oke ga ada yang ga banget sih. Beberapa ga kenal tapi kayaknya lumayan aja" 12 belas orang yang keliatannya normal dan baik-baik saja ini. Waktu itu belum ngerti kalo mereka  cuma keliatannya  demikian. Your "Dek Koas" for the next 21 months, yeay! Foto diatas diambil setelah pembekalan hari terakhir di RSUP Sardjito a.k.a masih jaim dan belum terpapar kehidupan koas yang....ugh. Gitulah.