Hai!
Akhirnya mulai juga koasnya, Alhamdulillah (biarpun cuma stase kecil). Setelah
seminggu merasakan kehidupan sebagai ‘dek koas” Alhamdulillah ada juga yang
dipelajari. Well, selain menebak-nebak peningkatan corakan paru ataupun faktur
linear cranium tentunya. So, here we go
hal-hal yang kemudian terlihat sangat berharga setelah seminggu ini.
We are what
we appear to be
Kita adalah
mahluk visual, mahluk yang menilai sesama pertama kali dari apa yang dia
tampilkan (ga peduli seberapa baik hati dan cerdas orang tersebut). Ketika
jaman kuliah bisa seenaknya memadu-padankan baju, tidak rapi dan tidak
memperhatikan penampilan, kehidupan ‘dek koas’ menjadi sedikit berbeda. Sebagai
seorang dokter muda yang bertemu dengan pasien setiap harinya, penampilan
menjadi apa yang kita ‘jual’ mengingat profesi dokter adalah sebagai penyedia
jasa. Hari-hari memakai baju “yang paling atas dalam rak lemari” sudah hampir
tidak berlaku lagi. Sebagai penjual jasa, kita adalah apa yang kita jual.
Honorarium
bukan gaji
Bayaran bagi
penyedia jasa kesehatan dulunya dikenal sebagai honorarium (meskipun banyak
dari kita sekarang yang menggunakan kata “gaji” sebagai pengganti) karena
bayaran yang kita dapat adalah karena hal yang kita lakukan adalah sebuah
kehormatan (honor).
Ditengah
hiruk-pikuk dunia yang serba matrealistis dan mengikis idealisme ini ternyata
masih ada dokter-dokter yang tidak memberikan tarif bagi tindakan yang mereka
lakukan. Lebih menyentuh lagi, karena beliau adalah guru sendiri yang
kesibukannya luar biasa tapi masih mau meng-gratiskan pasien karena “semua itu
ga harus dihitung dengan uang”**.
Masih ada
mereka, guru-guru yang menyejukkan hati dan mengingatkan bahwa : memang dokter
butuh uang untuk hidup (dan dokter adalah profesi, sumber penghasilan, sama
seperti semua profesi lainnya) tetapi semua memang tidak harus dihitung dengan
uang. Ada Tuhan, yang sedang kita coba raih ridho-Nya dengan hal-hal kecil yang
bisa kita lakukan.
Sehat itu
mahal, berinvestasi lah dengan benar akan kesehatan
Berapa harga
seikat sayur? Sekilo buah? Setengah jam yang terpakai untuk jogging? Terkadang
kita mengabaikan investasi yang terlihat kecil-kecil dan sepele tetapi
sebenarnya mahal harganya. Misal, jika seseorang malas melakukan olahraga
sehingga dalam 10 tahun kedepan ia mengalami penyakit pembuluh darah dan harus
menjalani tindakan medis angiografi* maka biaya yang harus dihahiskan untuk
sekali saja tindakan ini bisa mencapai puluhan juta, karna satu kateter
pembuluh darah saja harganya bisa mencapai 9 juta per kateternya sedangkan satu
kali tindakan angografi orang dewasa membutuhkan hingga 8 kateter belum lagi
biaya alat dan bahan serta tindakan lainnya.
Tidak, sehat
itu tidak murah hanya terkadang kita saja yang gagal menyadarinya. Kita gagal
mengapresiasi apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Kita gagal mensyukuri
sehat sehingga gagal pula menyadari kewajiban kita untuk menjaganya.
Don’t take
everything for granted, especially your family
Bulan
ramadhan buat beberapa orang adalah waktu berkumpul dengan keluarga, buat
beberapa orang yang lain adalah waktunya menghadiri sederatan undangan buka
bersama diluar. Tidak terhitung seringnya kita menghabiskan banyak waktu untuk
bekerja, berkumpul dengan teman sehingga terkadang waktu untuk keluarga
terlupakan, lebih-lebih anak rantau.
Seminggu di
RS ini, entah sudah seberapa sering melihat keluarga-keluarga yang rela tidur
didepan poli menunggui pasien, membelikan obat, memapah berjalan, bahkan
membersihkan badan pasien. Mereka yang
rela mengorbankan waktunya untuk menunggui kita, mencoba menyampaikan bahwa
mereka akan selalu ada untuk kita. Teman mungkin ada untuk menjenguk tetapi
seberapa banyak yang akan menemani 24 jam, 7 hari seminggu selama kita sakit? Uang memang bisa membeli
kamar terbaik tetapi bisakah ia membeli perasaan hangat itu?
Your family is a gift for you as you are for them. Don’t take them for
granted just because they’re really yours.
Niatin dulu
aja!
Ini bukan
seminggu yang sama mudahnya dengan masa-masa pre-klinik. Koas berarti : Stay di rumah sakit setidaknya 7 jam
(hanya berlaku untuk stase kecil) belum ditambah jaga. Jadwal yang padat,
dokter yang harus dikejar-kejar, pindah-pindah ruangan (bahkan poli!), tugas
yang tumpukannya semakin meninggi dan banyak lagi hal lainnya ga bisa disangkal
bikin capek luar biasa apalagi kegiatan organisasi yang masih dijalankan dan
kehidupan bersosialisasi yang tidak bisa diabaikan pula. Capeknya kadang bikin
kita lupa, lupa bahwa ini semua untuk siapa. Lupa bahwa kalau semua diniatkan
untuk Tuhan, capek luar biasa ini adalah ibadah.
Diniatkan
dulu saja. Diniatkan saat akan ke RS jam 7.30 pagi, diniatkan saat harus lanjut
jaga, diniatkan saat ngebut slide
laporan pagi yang disambi ngerjain makalah individu dan kelompok dan refkas dan
segalanya. Diniatkan dulu saja, agar kesibukan mondar-mandir di rumah sakit terhitung
sebagai ibadah agar lelahnya ga sia-sia.
Nah.
Seminggu sudah berlalu, masih ada 1 tahun 7 bulan 3 minggu lagi kehidupan Asistennya asisten ini harus dijalani.
Selain memenuhi otak ini dengan ilmu yang In shaa Allah baik dan bermanfaat, semoga
kita juga bisa mengambil pelajaran dan mengevaluasi hidup kita secara
terus-menerus agar tidak termasuk orang-orang yang merugi.
“An unexamined life is not worth living” – Socrates
*Angiografi adalah
pemeriksaan terhadap pembuluh darah, dengan memasukan kateter ke dalam arteri
femoralis atau brakhialis dan zat kontras disuntikan untuk memudahkan penglihatan
terhadap pembuluh darah. Angiografi berguna untuk
mengevaluasi pembuluh darah dan untuk mengidentifikasi vaskularisasi yang tidak
normal karena adanya tumor atau penyakit lainya.
** Dikutip dari seorang kepala bagian salah
satu departemen RS Sardjito yang sekaligus guru saya.
(NB : Tulisan ini terpaksa di-post saat minggu ketiga karena jadwal minggu pertama dan kedua yang……..begitulah.)
Komentar
Posting Komentar