Ternyata mengurus kegiatan
sehari-hari dan persiapan sekolah lagi bisa buat lupa nulis.
Hai!
Bagian kedua, proses seleksi: Jadi, AAS
berfokus pada pembangunan Sumber Daya Manusia, (SDM) dan setiap tahunnya ada
beberapa tema yang dijadikan fokus AAS dalam memilih awardee (penerima
beasiswa). Nah! Kebetulan karena seleksi sudah di depan mata langsung untuk
proses seleksinya ya!
Pict from: website AAS Indonesia |
1. Administrasi
Sama seperti beasiswa kebanyakan,
beasiswa AAS melakukan seleksi administrasi sebagai tahap awal. Proses ini
dilakukan secara daring/online. Pembukaannya sendiri mulai bulan Februari
dan ditutup bulan April, lumayan dua bulan jadi bisa buat bertapa dulu di gua
40 hari+20 hari ngisi kelengkapan administrasi.
Secara garis besar kelengkapan awal
ini ada dua, identitas dan esai. Identitas cukup standar misalnya KTP/Paspor,
transkrip nilai dan ijazah dan IELTS/TOEFL. Untuk IELTS/TOEFL tidak ada
ketentuannya harus mencapai angka tertentu karena awardee akan dibantu
lewat program pengayaan Bahasa, tapi sepertinya bisa menjadi suatu nilai
tambahan jika nilai Bahasa inggrisnya sudah cukup.
Berikutnya yakni esai. Esainya
tentang kenapa kita mau ngelanjutin kuliah S2 (kenapa milih jurusan dan
universitas tertentu) dan mau ngapain dengan ilmu yang didapat. Ditulis dalam
Bahasa Inggris dengan batasan kata. Dalam penulisan esai sendiri ada tuntunan
berupa pertanyaan yang harus dijawab.
Website AAS sendiri cukup jelas dan mudah digunakan. Salah
satu yang perlu dicantumkan saat mendaftarkan diri secara online adalah
jurusan dan universitas yang ingin dituju. Bedanya dengan beasiswa lain, AAS
memperbolehkan untuk mengganti preferensi pilihan universitas dan bahkan
jurusan hingga tahap pemilihan akhir jurusan saat Pre-Departure Training
(PDT) nanti selama penggantian bisa didukung dengan alasan yang kuat.
Hal yang sempat bikin berkali-kali
baca ulang persyaratan administrasi adalah berbeda dengan beasiswa lain, AAS
tidak mewajibkan untuk mencantumkan Letter of Acceptance (LoA) dari
universitas yang dituju. Bagi yang sudah punya LoA, good for you! Tapi
yang belum seperti saya, proses mendapatkan LoA akan oleh pihak AAS untuk
aplikasinya. Haahh senang :”)
Saya sendiri saat itu mendaftarkan
diri secara online dan mencantumkan The University of Melbourne a.k.a Unimelb sebagai tujuan
saya dengan jurusan Master of Public Health. Pilihan ini saya ambil
setelah mencari-cari informasi lewat website universitas di Australia
dan membandingkan pilihan mata kuliahnya. Akhirnya jatuh hati dengan salah satu
mata kuliah yang secara spesifik diajarkan di Unimelb dan karena secara
keseluruhan Unimelb menekankan pada fondasi dari public health.
Kira-kira tiga hari sebelum
deadline, formulir pendaftaran pun saya submit. Menunggu beberapa bulan
untuk pengumuman seleksi. Pun beberapa tips umum untuk proses seleksi
administrasi:
· Cari tau masing-masing universitas
dan jurusan, apa aja yang jadi kelebihan dan kekurangan dari masing-masing.
· Ketahui benar kenapa mau ngelanjutin
S2 apakah ada masalah spesifik yang mau diselesaiin tapi kemampuan belum
mumpuni? Atau ada jenjang karir (dosen misalnya) yang mengharuskan untuk
memperoleh ijazah S2? Atau untuk merebut hati mertua? *lah
· Meskipun terdengar cliché,
persiapkan kelengkapan dokumen. Buat checklist jika perlu. Pun untuk
submit, lebih baik untuk tidak submit di tanggal deadline karena kadang
internet dan server website Sukanya ga kompak. Next!
Sebenarnya wawancara dan tes IELTS
ini berbarengan (atau setidaknya mepet satu sama lain). Tahun lalu, kebetulan
saya terjadwal tes IELTS sehari sebelum wawancara. Disatu sisi jadwal ini punya
kelebihan misal izin kerja bisa lebih pendek pun biaya hidup di kota wawancara,
tapi ada juga kelemahan yaitu…ga fokus karena mau wawancara aja bawaannya.
Gimana kalo udah punya hasil IELTS
yang masih berlaku? Tetap harus dites ulang dan hasil akhir yang diambil adalah
hasil tes yang diselenggarakan oleh AAS. Tes ini gratis! Yeay! IELTS sendiri
menurut saya tantangan terbesarnya ada di writing, dan behubung IELTS
untuk beasiswa AAS adalah academic IELTS tingkat kesulitannya tentunya
diatas general IELTS. Tes dimulai dengan listening, reading
dan writing lalu dilanjutkan dengan speaking (tentu dengan native
speaker).
Nah, bisakah belajar IELTS tanpa les
khusus? Tentu bisa, mengutip salah satu iklan di tahun 2000an “Kan ada
internet!”. Buat sebagian orang ide untuk belajar Bahasa Inggris terdengar
ngeri-ngeri sedap dan mahal pastinya. Disinilah internet yang merupakan sebagai
sumber pelbagai informasi bisa dimanfaatkan termasuk diantaranya untuk belajar
Bahasa inggris gratisan. Belajar Bahasa inggris dengan memanfaatkan internet sendiri
punya beberapa kelebihan yang cocok bagi saya antara lain murah, (baca:
sobat-misqueen friendly) bisa dimana saja dan kapan saja (karena seringnya
kesulitan semisal harus menjadwalkan waktu beberapa jam tiap harinya untuk les)
biarpun memang belajarnya akan butuh komitmen.
Beberapa tips umum untuk belajar
IELTS antara lain:
· Listening/mendengar: saya biasanya
random mendengarkan podcasts atau berita di BBC, pun daftar podcasts berbahasa Inggris yang
menurut saya menarik dan mudah didengarkan salah satunya ini.
· Reading/membaca: biasakan baca
koran. The Jakarta Post,
Guardian, The Conversation, ABC news,
The economist, dsb. Biasanya situs-situs ini bisa diakses secara cuma-Cuma atau
memberikan Batasan beberapa artikel yang bisa dibaca secara gratis.
· Speaking/berbicara: sewaktu berlatih
mendengar, saya juga terkadang mengikuti mimik dan cara bicara orang yang saya
dengarkan dan berlatih ngomong sendiri menggunakan template tanya jawab ini.
· Writing/menulis:
Ada tiga tips, pertama pelajari dulu prinsip2 menulis untuk IELTS bisa disini
lalu latihan dengan contoh yang ada disini. Writing
IELTS menggunakan sistem Batasan kata, untuk bagian 1 ada 150 kata dan bagian kedua
250 kata. Menghitung kata bisa memakan waktu, tapi kalau tidak menghitung kata
gimana kalo kelebihan atau kekurangan jumlah katanya? Latihan dengan template
kertas ujian! Bisa didownload dan diprint
untuk melihat kira-kira seberapa banyak ruang yang dibutuhkan untuk menulis 250
kata dengan ukuran tulisan tangan kita, jadi saat ujian bisa mengandalkan
perkiraan dan dihitung ulang saat akhir penulisan. Cukup membantu!
· Yang terakhir, sebenarnya ada jeda
sekitar 2 minggu sejak pengumuman lulus berkas yang bisa digunakan untuk
intensif latihan IELTS. Biarpun buat saya pribadi ini sulit karena waktu itu
masih bekerja di rumah sakit dan baru mempersiapkan IELTS H-2 tes HAHAHA mohon
jangan ditiru.
3. Wawancara, pengumuman dan Pre-Departure
Training
Karena ini akan panjang, diceritakan
di postingan berikutnya (baca: Mau pergi, ga bisa nulis lebih banyak hahaha).
Anyway, yang paling penting dari semua tips adalah: Daftar dulu aja! Daftar
tahun ini, biarpun rencana sekolahnya masih 2-3 tahun lagi, keterima atau ga,
pengalamannya akan berguna untuk kedepannya.
Pamit sebentar! Ciao!
Komentar
Posting Komentar