Halo! Lama banget ga update blog tau-tau udah akhir
tahun aja.
Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah, beberapa bulan yang
lalu saya berhasil mendapatkan beasiswa dari pemerintah Australia melalui skema
Australia Awards Scholarship (AAS) dan In shaa Allah akan melanjutkan
pendidikan S2, Master of Public Health di The University of Melbourne. Jadi,
mau sedikit berbagi cerita ya!
Kenapa ngelanjutin S2?
It might sounds cliché, tapi berasal dari pengalaman
sebagai mahasiswa kedokteran dan penyedia layanan kesehatan, saya menyadari
bahwa pelayanan yang saya berikan sangat dipengaruhi oleh berbagai kebijakan
kesehatan, dan meningkatkan kesehatan di hilir saja dengan mengobati pasien
yang sakit tidaklah cukup jika target kita adalah meningkatkan taraf kesehatan
rakyat. Sewaktu magang sebagai asisten peneliti di PKMK FK UGM saya menyadari bahwa
kemampuan saya masih kurang, ada disparitas ilmu pengetahuan terkait public
health yang saya miliki. Terutama mengingat public health hanya memiliki
sedikit bobot SKS semasa perkuliahan. Selain itu, saya percaya bahwa pasien
yang datang sebenarnya menggambarkan akibat dari proses yang terjadi di sektor
lain entah wabah diare yang berasal dari permasalahan sanitasi maupun
stagnannya angka kematian ibu yang berasal dari prevalensi anemia yang tinggi.
Saya tertarik dan ingin berkontribusi memperbaiki hal tersebut.
S2 sama ga sama spesialis? Setelah lulus nanti
gelarnya apa?
Beda. Ini sama aja kayak pendidikan master pada
umumnya, yang akan ditempuh dalam waktu 1,5-2 tahun. Setelah lulus in shaa
Allah gelarnya MPH atau Master of Public Health.
Kenapa di luar negeri?
Sistem pembelajaran dan inovasi yang sudah dilakukan
oleh negara-negara maju adalah alasan saya memilih menempuh Pendidikan di luar,
bagaimana negara-negara diluar berhasil mengkolaborasikan berbagai sektor untuk
bisa bekerja meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat mereka secara menyeluruh.
Negara bagian tempat saya akan melanjutkan Pendidikan misalnya memiliki angka
vaksinasi 95%. Selain itu kultur pembelajaran di luar negeri terutama di negara
barat yang mengemukakan kemampuan berpikir kritis dan kemandirian untuk dapat
berpikir sendiri juga merupakan salah satu alasan kenapa saya memilih ke luar
negeri. Mempelajari ilmu dan kemampuan untuk mengkritisi dengan ilmu yang
dimiliki.
Kenapa Australia?
Sistem Pendidikan S2 disana memberikan kesempatan 2
tahun untuk program master yang berarti bisa lebih banyak mengeksplorasi baik
Pendidikan dan pengalaman lain, berbeda dengan Inggris misalnya yang programnya
hanya satu tahun. Alternatif lain yang saya inginkan adalah Swedia, tapi
kebetulan belum berjodoh. Pun ibu restunya di Australia, mungkin karena dulu
anaknya pernah dilempar kaleng karena berjilbab di salah satu negara di Eropa
jadi agak deg-degan mau ngirim anaknya ke Eropa lagi haha. Terpikir juga bahwa
mungkin karena restu ibu, akhirnya dimudahkan di Australia.
Kenapa AAS?
AAS termasuk beasiswa yang terkenal generous terhadap
penerimanya. Bahkan pertama kali membaca ketentuan bahwa kampus kita akan
dicarikan oleh pihak AAS dan tidak harus mencantumkan Letter of Acceptance
(LoA) dari kampus saya sempat tidak percaya. Selain itu AAS juga membantu
pengurusan visa, surat keterangan sehat hingga pembekalan Bahasa dan akademik.
Sebelumnya berencana akan daftar AAS tahun depan aja,
sampai suatu hari, sama mas Arul dibilangin “Lah, daftar aja emang pasti
keterima tahun ini?” Lah iya juga?! kenapa optimis banget bakal keterima ya,
padahal mungkin tahun ini baru daftar tapi keterimanya kapan-kapan. Akhirnya daftar,
Alhamdulillah rezekinya dan keterima. Thanks mas Arul!
Prosesnya daftar AAS gimana?
Jadi beasiswanya dibuka tiap tahun, biasanya sekitar
bulan maret-april secara online dengan melengkapi beberapa persyaratan. Menariknya
AAS tidak mensyaratkan LoA dari kampus untuk bisa mendaftarkan diri karena oleh
pihak AAS sendiri akan membantu untuk mendapatkan LoA apabila kita sudah
menjadi penerima beasiswa. Setelah proses seleksi administrasi ada proses
interview dan IELTS sekitar bulan Juli. Biaya IELTS ditanggung pihak AAS (super
senang) pun transportasi ke tempat interview bagi berdomisili di luar kota
(Misal dari Blitar ikut interview ke Surabaya). Tahun 2019 ini dari 6071
pelamar seleksi administrasi yang berhasil lolos ada 438 orang. Selanjutnya
dari 438 orang itu akan diseleksi dalam proses interview menjadi 250 orang yang
dinyatakan menjadi penerima beasiswa atau awardee. Pengumuman sendiri biasanya
berkisar di akhir bulan Agustus.
Data pendaftar AAS 2019 |
Setelah keterima?
Setelah keterima, aka nada Pre-departure training
(PDT) berdasarkan nilai IELTS. Ada yang 7 minggu (termasuk saya) ada yang 9
minggu, 4.5 bulan, 6 bulan dan 9 bulan. Selama PDT juga akan ada University info
day yang ngundang representative dari pelbagai universitas di Australia dan pre-departure
briefing (PDB) untuk menjelaskan sekilas proses administrasi untuk
keberangkatan. Selesai PDT akan ada pengurusan visa (yang dibantu pengurusannya
oleh AAS! Yeay!) dan persiapan pribadi menunggu keberangkatan. Saya sedang ada
dititik itu sekarang, nunggu visanya jadi sambil mempersiapkan ini itu.
Sekolah terus, kapan nikah?
Kalau ga sabtu ya minggu. Mohon do’a baiknya aja ya! (Ini
sembari mencari, in shaa Allah, semoga dimudahkan. Aamiin)
Oke, segitu dulu nanti disambung lagi soal gimana
proses seleksi beasiswanya dan bisa ga lulus IELTS tanpa les? (Oh, tentu bisa. Kan
ada internet!)
Terbaikkkkk. Selamat menunggu keberangkatan.
BalasHapus