Mantan (PHN)-mu :p
Paska demisioner ISMKI beberapa hari yang
lalu, dan menunaikan janji untuk menulis izinkan menceritakan sebuah “rumah”
tempat bertumbuh, bertemu dan jatuh cinta berkali-kali pada hal yang adalah
kebutuhan setiap manusia yang hidup; dunia kesehatan. Dalam rentang waktu yang
singkat dengan kepengurusan #SabangMerauke ini, ada beberapa hal yang pada
akhirnya terendapkan sebagai hasil refleksi, saringan diantara sekian banyak
pelajaran yang bisa diambil setelah hari-hari kemarin.
Menyalahkan
itu Mudah, Mengalah itu…..
Menyalahkan orang lain atas kegagalan adalah
semudah itu. Faktor eksternal yang selalu ada dan memberi sumbangsih bagi
kegagalan tapi pada akhirnya ISMKI mengajarkan bahwa menyalahkan itu mudah,
semudah kau akan menghancurkan semua silaturahmi yang kau ikhitiarkan
penjagaannya. Akan tetapi jika kau bisa sedikit saja, mengendalikan emosimu,
mengenyahkan wajah masammu maka pemecahan masalah dapat dimulai dengan langkah
kecil, dengan menarik helaian benang kusut itu dari titik yang tepat dan
perlahan, menggunting bagian yang memang tak bisa dibenarkan, menggunting
dengan sabar untuk bisa mengambil sisa yang tidak kusutnya, mengikatkan
ujung-ujungnya agar pada akhirnya benang itu akan tetap terbentuk, memanjang,
lurus mencapai tujuan.
Ruang Diskusi,
Ruang Belajar
Dalam usaha mengkoordinasikan, menyelaraskan
pemikiran untuk memulai gerak bukanlah langkah sederhana, ada banyak kepala,
banyak keinginan. Namun terinspirasi dari buku ruang baca, pengadaan
ruang diskusi meskipun berbeda interpretasi dan tidak dalam kondisi ruang diskusi
secara fisik adalah apa yang pada banyak kesempatan kita butuhkan. Tidak mudah,
butuh waktu, butuh Legowo* untuk bisa
dilakukan dan tentu diskusi bukan berarti tanpa beda argumentasi, tapi itulah bagian
menyenangkannya, exciting part yang memberikan kita kesempatan belajar mengenai
perbedaan perspektif, mengenai perbedaan karakter, mengenai penengah. Selalu
ada jalan yang tidak selalu kelihatan.
Keluarga
adalah Komitmen
Keluarga adalah cinta, dan bagai cinta yang
meminta segala, keluarga meminta komitmen dalam cara yang tanpa tutur kata. Ia
minta sediamu untuk mengantarkan belanja, ke dokter gigi bahkan mengepak barang
sebelum ibunda pulang. Ia minta sediamu untuk menghantarkan pergi bahkan ketika
Netmeeting jam 7 malam tetap tak bisa
kau tinggal. Ia pinta sediamu untuk bangun hingga larut atau bangun paling awal
agar wajibmu terhadapnya, terhadap dirimu dan terhadap dunia untuk mempelajari
akademikmu tak kau lupakan sepenuhnya. Keluarga adalah komitmen, meminta waktu,
tenaga, perhatian dan wajah ceriamu agar kau tampakkan padanya sekedar sebagai
penghilang gundahnya.
Kau
Mungkin…Bisa
Ah. Terdengar sepele rasanya kata percaya
diri itu. Kau mungkin…..bisa, tapi tentu saja mungkin pula kau gagal, salah
memperkirakan salah menata sehingga harus kau tanggungkan semuanya. Tapi toh,
tak mengapa, bahkan dengan bingkai kata mungkin sekalipun adalah suatu
kebahagian bahwa kau telah mencoba, ikhtiarmu, bahkan dalam kebingunganmu yang
hanya menerka. Kau mungkin…bisa, tapi pun kalau kau gagal pastikan kegagalanmu
akan bisa kau benahi, pastikan gagalmu adalah proses belajar. Kau
mungkin….bisa, tapi bisa pun belum berarti apa-apa, karena setelah kebisaan
yang satu, selalu muncul tantangan yang lain yang berusaha menciutkan beranimu,
tapi sekali lagi, kau mungkin….bisa, untuk tantangan-tantangan selanjutnya.
Sehingga yang perlu kau lakukan adalah memikirkan, menimbang, mengusahakan dan
mendo’akan harapan terbaikmu ke langit sana, walaupun mampumu adalah suatu kemungkinan.
ISMKI adalah
bentuk ikhtiar
Dalam percakapan di suatu pagi bersama kakak
saya, ia pernah bertanya untuk apa saya bergabung dengan ISMKI? Kakak yang
lebih mengerti mengenai pergerakan dan massa, perjuangan dan mungkin hidup
menanyakan hal seperti itu? Sembari tersenyum, jawaban yang waktu itu terucap bahwa
ini adalah ikhtiar. ISMKI tidak menjanjikan apapun sebagaimana mungkin bahkan
setelah bergabung, dimasa mendatang hati dapat tergoyah dan menjadi pragmatis,
oportunis. Ini adalah ikhtiar, ISMKI adalah bagian dari ikhtiar, untuk
mengabdi, mengasah pikir, menjaga ideologi. Menjaga ideologi semoga ia dapat
menjadi lebih kuat dalam tekad karena adanya teman seperjuangan.
Setahun ini adalah setahun luar biasa yang
tak tergantikan meskipun tidak tanpa konsekuensi. Setahun ini bukan hanya
pengalaman tapi juga teman dan mentor yang mengajarkan bahwa meskipun sulit, usaha
tak boleh berhenti. Uji coba terhadap tekad diri, ketika bahkan mungkin apa
yang kita lakukan hanya sebegitu kecilnya dari ikhtiar memperbaiki keadaan,
dengan apa yang kita punya, sejak saat kita bisa. Dimanapun, semoga mereka
semua yang telah belajar bersama ini, dimudahkan oleh Allah dan dijaga jalannya
masing-masing, karena jika bukan do’a dan harap yang bisa terpanjat, dikirimkan
bagi mereka yang tak terjangkau disana, lalu apa lagi?
.
.
Mari terus belajar, Salam #SabangMerauke J
Sesayang itu gabisa ikut foto!!!!
See you when I see you, EB-Coord kesayangan J
(Now, say : HAI KKN Jambi!!)
.
.
Warm Regards,
Your Ex-Vice President for External Affair
Indonesian Medical Student Executive Boards' Association
ISMKI 2015 #SabangMerauke
Sri Yuliani Umasugi
Komentar
Posting Komentar