Langsung ke konten utama

A New Hope - ISMKI



Februari adalah bulan yang menarik sekaligus menengangkan bagi kami, orang-orang yang berkecimpung maupun tertarik dalam Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI). Februari selalu begitu. Bagaimana tidak, bulan ini adalah bulan dimana kami akan memilih Sekretaris Jenderal (Sekjend) baru kami, pemimpin kami untuk kepengurusan berikutnya. Setahun hampir berlalu sejak perang ide yang manis itu dan ini waktunya bagi ide sabang merauke yang telah memenangkan hati institusi-institusi kedokteran untuk mulai memperkenalkan dan menyiapkan diri sebelum ia mulai berkontribusi aktif terbilang februari 2015 mendatang.

Open recruitment dilakukan. Letnan jenderal terbaik dari sabang hingga merauke dikumpulkan untuk bergabung bersama tim inti Sabang merauke ini. Pun dengan kolonel dan prajurit pengurus harian nasional (PHN) lainnya. Berbeda dengan tahun – tahun sebelumnya Op-rec tahun ini terkesan lebih ramai ; poster-poster dibagikan ke Institusi, poster digital beredar di dunia maya, info disebar secara massif. Semuanya hanya untuk satu tujuan : merekrut pasukan tempur terbaik bagi #Sabang-Merauke. Pendekatan baru yang lebih inovatif ini telah –sejauh ini-- menarik banyak peminat baik dari orang lama maupun orang baru.

A new hope. Kata hope adalah seperti kata kunci yang membawa harapan dan menandakan dirinya sebagai ciri khas kepengurusan ISMKI tahun ini. Sebagaimana Obama dengan change-nya ataupun Jokowi dengan kerja-nya yang menggugah dan menggerakan, maka kepengurusan Sabang Merauke dengan hope-nya telah memberikan warna baru dan meniupkan semangat akan harapan baru pergerakan ISMKI ke depannya.


Mahasiswa, yang belum terikat dengan kemapanan sebagai bagian penting dari sistem kesehatan di masa depan perlu diperhatikan perkembangan kebutuhannya. Menggerakkan, mengasah empati dan meningkatkan kapasitas bagi kelompok ini adalah bagian sangat esensial sekaligus strategi jitu menyiapkan tenaga kesehatan yang berkualitas dan berkompetensi menghadapi masa dengan dengan sejuta tantangannya. Pendekatan #Sabang-Merauke yang telah memunculkan harapan baru ini, semoga dapat terus menfasilitasi hal tersebut. A new hope yang akan mulai dalam hitungan bulan ini semoga berhasil mengumpulkan semua yang terbaik yang bisa mereka dapatkan dan semoga ditangan kepengurusan yang baru ini, ISMKI benar-benar mendapatkan harapannya yang baru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The six months update (kind of)

Hi there,  It’s your R1-going-on-R2 here. HAHAHA. Dang.  I was looking at my phone wallpaper today, of Janik Sinner smiling from ear to ear, lifting the Australian Open trophy. The joy in his face was so pure, the excitement like he never imagined he would win a Grand Slam. Before it hit me, it was only six months ago. Yet, January and the beginning of this journey seem very distant. It feels like I have been here for at least a year and a half, yet the novelty and adapting keep happening. So, when the newest batch was getting welcomed, I couldn't help but think to myself, 'Really? That fast?' You see, the residency system relies on the continuity of knowledge passed through independent study, bedside teaching with attendings, and from senior residents to us, the juniors. But in all honesty, though the last six months have been packed for me (and except for the wittiness, the athletics, and the know-how), I am not sure I have enough clinical knowledge to pass on to these 1...

Resensi Buku - H. Agus Salim

Resensi Buku Judul                     : Agus Salim - Diplomat Jenaka Penopang Republik Penulis                 : Tim Tempo Penerbit              : Tempo KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Lebar                     : 16x23cm Jumlah hal.         : +178 halaman                 Buku ini adalah salah satu dari sekian seri buku Tempo Bapak bangsa yang diterbitkan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini oleh pihak Tempo. Buku ini diharapkan dapat membangkitkan kembali rasa kecintaan kaum muda kepada para bapak ban...

Grieving - Part 1: The upside down world

Background: Staring at a peeled-beige wall, waiting in an empty office for my dad’s death certificate.  Facing another heartbreaking moment because two weeks ago, it never crossed my mind that I’d be writing my father’s name on a paper declaring his death. Gritting my teeth as hard as I could to keep me from crying. Was it a successful method? I won’t answer. Has anyone ever told you that when you cry too much, your head, eyes, nose, and even salivary glands can hurt all at the same time? Well, they can. I don’t think I’ve cried this hard since elementary school. I’m the kind of person who usually observes my thoughts and feelings, thinking, “Huh? Interesting” and sitting with them for hours until they settle. Yet this time, grief swallowed me like a tsunami. Those thought-watching processes didn’t stand a chance. My father’s passing came as a shock. I won’t share the details of his death, but the news arrived on an ordinary day as I prepared for my ICCU shift and for a while, my w...