Langsung ke konten utama

Festival Durian Hutumuri


“Satu biji durian itu 57 kalori loh” ujar seorang teman mengingatkan via DM Instagram beberapa hari sebelum saya menghabiskan sekitar 1500 kalori king of fruit ini di Hutumuri.

Siang itu jumat 6 April, saya sedang iseng jalan-jalan sendirian ke daerah Waiheru-Passo dan ga sengaja ngeliat banner bertuliskan “Festival Durian Hutumuri, 7 April 2018” Hah? Festival apa? Sebagai manusia yang lemah terhadap durian, teman-teman internship di grup Whatsapp saya kabari dengan segara dan kami lalu bersepakat, nanti setelah maghrib saya akan ngecek tiketnya dulu ke Ambon City Center lalu tandjap kita besok harinya.

Ternyata begitu sampai di ACC, jreng. Loket tiketnya udah tutup. Apa-apan??! Hahaha tapi hidup mewajibkan untuk tidak mudah berputus asa punya kenalan (thanks Ninikski) dan akhirnya dapat info kalau masih boleh beli tiket on the spot. Paginya formasi yang awalnya akan berangkat berempat jadi tinggal bertiga wanita karena ada yang harus jaga IGD pagi, okelah tentu yang namanya festival bakal tetep jalan apalagi ini festival makan durian sepuasnya. I repeat, festival makan durian sepuasnya. Durian. Sepuasnya. Gans.

Hutumuri sendiri adalah nama desa yang memang terkenal sebagai pusat durian. Durian hutumuri yang tersohor rasanya, udah jadi semacam brand yang sukses dalam pemasaran durian di antara puluhan varian durian yang dijual di Ambon. Letak hutumuri agak-agak mirip lah sama ost. Ninja Hatori kecuali ga ada sungai yang mengalir ke samudera, desanya emang terletak di belakang perbukitan yet here we go!

Satu jam lebih perjalanan, mobil udah terparkir tjakep di depan rumah warga kira-kira 100 meter dari pusat festival sendiri. Dan seperti semua festival lainnya, the vibe feels so festive! Orang – orang berkumpul di sepanjang kiri – kanan jalan dan saya segera nyempil jalan dekat pejabat daerah yang akan membuka acaranya. Padahal itu siapa pejabatnya juga saya ga tau…

Festival durian kali ini adalah yang pertama diadakan di Hutumuri oleh agen developer Maluku Membangun dan diisi dengan hiburan, doorprize dan hal-hal yang ga bisa penulis ingat karena fokus yang hanya terbatas pada duren semata.


Adapun festival yang ditujukan sebagai bentuk promosi pariwisata ini terbilang affordable karena hanya dengan membayarkan Rp.50.000 peserta festival sudah mendapatkan kaos (yang menjadi syarat bisa ikut festival) dan makan durian sepuasnya, 2 buah? 10 buah? 20 buah? Bebas tanpa wasit!
Acara yang baru dimulai jam 11 siang ini dibuka dengan cara yang sama a’la semua acara lainnya di Indonesia dengan banyak sambutan. Sambutan dari pak A. Sambutan dari pak B. Sambutan dari pak C yang masih saudaraan sama pak B. Sambutan lagi. Why Gusti??!

Hhhh. Cobaan tersendiri. Bayangin aja bau duriannya udah kecium kemana-mana, kelenjar saliva sudah terstimulasi, perut sudah berbunyi merdu karna tadi pagi rela ga sarapan demi menyediakan space ekstra untuk duriannya dan masih harus dengarin sambutan yang udah satu jam lamanya? Manusia memang harus bersabar terhadap cobaan.

But anyway, finally!

Let the feast begin!

To add on my happiness, durian yang sudah dipilih sendiri itu bisa kita bawa ke tepi laut untuk dimakan beramai-ramai.

I finally now know why am I destined to do my iship in Al fatah. Hahaha.

Direncanakan festival serupa akan diadakan tiap tahun dan tahun depan dengan jumlah yang bahkan lebih banyak. Sekitar pukul 1 siang kami bertiga yang udah kekenyangan memutuskan untuk pulang tapi masih banyak juga pengunjung yang baru berdatangan. Tips : Datanglah sesuai jam acara dimulai, karena biarpun agak nunggu sambutan ini-itu tapi kualitas durian yang bisa diambil masih best of the bestAll in all, let me resume its plus and minus

Kelebihan :
·        Durian hutumuri yang rasanya tidak mengecewakan
·        Letak venue di Hutumuri yang asri dan tjakep
·        Jumlah durian yang mencukupi sehingga pengunjung tidak perlu berebutan
·        Disediakan tempat sampah untuk kulit dan biji durian (biarpun tetep ga cukup)
·        Harga relatif murah

Kekurangan :
·       Info kurang massif dan penjualan tiket yang cuma pada 1 titik
·       Tidak disediakan minum dan tidak adanya info untuk menyediakan minum sendiri
·   Tidak ada informasi terkait kandungan gizi durian termasuk batas aman konsumsi terutama bagi pengunjung dengan riwayat kolestrol tinggi*

Tips :
·        Bawa payung, kantong plastic dan minum sendiri
·        Usahakan tidak berbaju tebal kecuali mau merasakan sauna sambal makan durian


#VisitAmbon




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku - H. Agus Salim

Resensi Buku Judul                     : Agus Salim - Diplomat Jenaka Penopang Republik Penulis                 : Tim Tempo Penerbit              : Tempo KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Lebar                     : 16x23cm Jumlah hal.         : +178 halaman                 Buku ini adalah salah satu dari sekian seri buku Tempo Bapak bangsa yang diterbitkan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini oleh pihak Tempo. Buku ini diharapkan dapat membangkitkan kembali rasa kecintaan kaum muda kepada para bapak bangsa yang belakangan sudah mulai surut, padahal kecintaan terhadap pendiri bangsa inilah salah satu pondasi untuk membangkitkan cinta kepada rakyat dan negeri kita tercinta, Indonesia.                 Agus Salim, yang lahir dan besar di Koto Gadang, Agam, Padang adalah salah satu pemain inti dalam perjuangan mendapatkan dan mempertahakan kemerdekaan Indonesia. Dalam buku ini dikisahkan mengenai Agus Salim dan peranannya sejak awal dalam perumusan pancasi

Setelah koas - Sepenggal 15210

Tuhan selalu memberikan jawabannya dengan cara yang terbaik : Masih keinget banget rasanya deg-degan sebelum pengumuman grup koas, men katanya grup koas ini jauh lebih menentukan dibanding urutan stasemu atau apapun karna kamu bakalan ngehabisin ratusan harimu bareng orang-orang itu aja dan sekalinya kamu dapat yang ga klop : Welcome to the T-rex jungle. Koas berasa ada di tengah hutan yang ga bisa di waze/google map, ga ada makanan, ga ada wifi dan ada T-rexnya : Jadi se-ga banget itu. Saat hari-H tau temen-temen grup koas yang kepikiran langsung "Oh oke ga ada yang ga banget sih. Beberapa ga kenal tapi kayaknya lumayan aja" 12 belas orang yang keliatannya normal dan baik-baik saja ini. Waktu itu belum ngerti kalo mereka  cuma keliatannya  demikian. Your "Dek Koas" for the next 21 months, yeay! Foto diatas diambil setelah pembekalan hari terakhir di RSUP Sardjito a.k.a masih jaim dan belum terpapar kehidupan koas yang....ugh. Gitulah.