Langsung ke konten utama

Dalam menyayangimu, Allah adalah diatas segala

“Dalam menyayangi hamba-Nya, Allah adalah Maha : Yang diatas segalanya”

Bahkan kasih sayangnya melebihi kasih sayang ibumu padamu, melebihi diri sendiri kepadamu.

Kasih yang mewujud nyata dalam setiap yang terjadi dalam hidupmu.

Telah Ia atur segalanya dengan sebaik-baiknya sehingga tugasmu adalah Ridho dengan ketetapan-Nya sembari melakukan, menularkan kebaikan yang kau bisa.

Memang lebih mudah mengetikkan Ridho dibanding melaksanakannya. Tapi bahkan dalam sujud-sujud terakhirmu berusahalah untuk meminta ampunan semisal hatimu belum lagi bisa tuk menerima karena begitulah kasih sayang-Nya

Berbentuk ujian dan syukur

Dan Puasa adalah sebaik-baiknya usaha kembali. Kembali kepada kefitrian di 1 syawal nanti, lalu apa artinya kembali jika kau masih membiarkan orang lain mencuri pahalamu dengan gibah? Jika ikhlasmu hanya kau sendiri yang merasakan dalam hati? Belum lagi kau wujudkan dalan tingkah.

Apa artinya kembalimu kau masih memikirkan pahala dan surga hanya untuk dirimu saja?
Dan jika sayangnya padamu adalah sebesar itu, masihkah kau tak mensyukuri nikmatnya? Tak menganggungkan puji pada-Nya? Karena keagungan-Nya tak tergantung pada pujianmu, namun engkau lah yang butuh untuk memuji kebesaran-Nya
Tanda kau berakal dan semoga, tak tinggi hati


(Banyumas, ditemani adzan subuh. Dek koas yang mencoba mengingatkan dirinya sendiri)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The six months update (kind of)

Hi there,  It’s your R1-going-on-R2 here. HAHAHA. Dang.  I was looking at my phone wallpaper today, of Janik Sinner smiling from ear to ear, lifting the Australian Open trophy. The joy in his face was so pure, the excitement like he never imagined he would win a Grand Slam. Before it hit me, it was only six months ago. Yet, January and the beginning of this journey seem very distant. It feels like I have been here for at least a year and a half, yet the novelty and adapting keep happening. So, when the newest batch was getting welcomed, I couldn't help but think to myself, 'Really? That fast?' You see, the residency system relies on the continuity of knowledge passed through independent study, bedside teaching with attendings, and from senior residents to us, the juniors. But in all honesty, though the last six months have been packed for me (and except for the wittiness, the athletics, and the know-how), I am not sure I have enough clinical knowledge to pass on to these 1...

Resensi Buku - H. Agus Salim

Resensi Buku Judul                     : Agus Salim - Diplomat Jenaka Penopang Republik Penulis                 : Tim Tempo Penerbit              : Tempo KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Lebar                     : 16x23cm Jumlah hal.         : +178 halaman                 Buku ini adalah salah satu dari sekian seri buku Tempo Bapak bangsa yang diterbitkan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini oleh pihak Tempo. Buku ini diharapkan dapat membangkitkan kembali rasa kecintaan kaum muda kepada para bapak ban...

Grieving - Part 1: The upside down world

Background: Staring at a peeled-beige wall, waiting in an empty office for my dad’s death certificate.  Facing another heartbreaking moment because two weeks ago, it never crossed my mind that I’d be writing my father’s name on a paper declaring his death. Gritting my teeth as hard as I could to keep me from crying. Was it a successful method? I won’t answer. Has anyone ever told you that when you cry too much, your head, eyes, nose, and even salivary glands can hurt all at the same time? Well, they can. I don’t think I’ve cried this hard since elementary school. I’m the kind of person who usually observes my thoughts and feelings, thinking, “Huh? Interesting” and sitting with them for hours until they settle. Yet this time, grief swallowed me like a tsunami. Those thought-watching processes didn’t stand a chance. My father’s passing came as a shock. I won’t share the details of his death, but the news arrived on an ordinary day as I prepared for my ICCU shift and for a while, my w...